Tuesday, August 27, 2013

Kisah Sukses TKW Menjadi Pengusaha Sukses

Melihat penampilan Siti Cholifah (45) yang terlihat diantara peserta Kongres Dispora Indonesia ke-2 di Jakarta Convention Center, pekan lalu, tidak pernah terbayang bahwa dia pernah menjadi tenaga kerja wanita di Arab Saudi. Dia terlihat anggun dengan busana panjang berwarna dusty pink yang dipandu selendang dan jilbab dengan warna senada. Di samping dia berjalan Mohammed Abdulkareem, suaminya yang berasal dari Arab Saudi.
Siti Cholifah kini bukan lagi tenaga kerja wanita (TKW) melainkan busana butik busana pesta di Kota Damman, Arab Saudi. Suka duka sebagai TKW telah ditinggalkannya. Kini, bersama sang suami, Siti menjadi pemilik butik bernama Iman Fashin dan Restoran Nusantara.
Namun, dalam dunia usaha, dia tidak dikenal sebagai Siti Cholifah. Dikalangan pelanggan orang-orang Arab Saudi, Siti Cholifah dikenal sebagai Amira. Sementara dikalangan orang-orang Indonesia dia dikenal sebagai Dea.
“Itu nama-nama saya untuk urusan bisnis,” kata Siti sambil tersenyum.
Dari TKW Menjadi Pengusaha Sukses
Dari TKW Menjadi Pengusaha Sukses
Baju produksi usaha Siti berharga relatif mahal. Salah satunya karena untuk upah jahit, Siti menerapkan tarif sekitar 1.500 – 10.000 riyal (jika memakai kurs satu riyal sama dengan Rp. 2.500,- berarti sekitar Rp. 3,75 juta hingga Rp. 20 juta). Sementara tarif untuk menyewa baju bisa mencapai 10.000 riyal atau Rp. 25 juta.
“Banyak baju yang pernah saya pakai langsung dibeli atau disewa orang. Saya memang memanfaatkan diri sendiri sebagai manekin berjalan. Dengan begitu, pelanggan bisa langsung melihat seperti apa model baju itu jika dikenakan. Ternyata cara ini efektif untuk promosi. Banyak baju yang modelnya beberapa kali saya buat karena tingginya permintaan,” katanya.
Siti yang hanya menempuh pendidikan hingga 1 SMP tak pernah membayangkan dirinya bakal menjadi pengusaha, apalagi diluar negeri. Menurut dia, kuncinya tak semata-mata pendidikan atau modal, tetapi yang lebih penting adalah keterampilan dan tekad kuat.
Bisnis yang dibangun Siti boleh dibilang bukan diberikan oleh suaminya. Ia sendiri yang merintis dan membesarkan usaha itu. Suaminya kini menjadi mitra bisnis untuk usaha rumah makan karena untuk berbisnis di Arab Saudi dia harus bermitra dengan warga asli.
Siti yang lahir dan besar di Suku, Malang, Jawa Timur, pernah menikah dan mempunyai anak. Namun, perkawinannya kandas. Untuk menghidupi anak-anaknya ia mengambil kursus menjahit sambil bekerja serabutan. Ia kemudian menerima jahitan.
Namun, penghasilan sebagai penjahit tidak mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Oleh karena itulah ketika ada seorang sponsor pencari tenaga kerja menawarinya untuk bekerja menjadi TKW, Siti pun setuju.
“Saya berangkat ke Jakarta dan masuk ketempat penampungan TKW. Di tempat ini saya bercerita bisa menjahit dan merias pengantin. Rupanya dengan cerita itu, saya lalu “dijual” kepada agen lain. Saya tidak jadi bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tetapin disuruh merintis garmen milik orang Arab Saudi,” ujarnya.
Di Arab Saudi, Siti tidak bekerja sebagai penjahit semata. Dia juga melakukan berbagai pekerjaan, mulai dari membeli bahan, merancang, menjahit hingga mengurus tenaga kerja yang ada di perusahaan garmen tersebut. Sementara gaji yang diperolehnya hanya 800 riyal atau sekitar Rp. 2 juta. Di tempat ini, Siti hanya mampu bertahan bekerja selama 11 bulan.
Kemudian dia memilih pulang kampung. Di kampung, Siti malah merasa tidak betah dan ingin kembali bekerja ke Arab Saudi. Dengan bantuan seorang teman, dia bisa kembali bekerja pada perusahaan garmen.
Namun, kali ini penghasilannya lebih baik, yakni 1.000 riyal. Penghasilannya itu kemudian meningkat 1.200 riyal. Setelah dua tahun bekerja, dia berani mengajukan agar penghasilannya dinaikkan menjadi 1.500 riyal. Sampai kemudian dia bisa mendapatkan penghasilan dengan sistem bagi hasil. Majikannya kesulitan menolak hal itu karena hasil jahitan Siti memang bagus.
Suatu kali Siti ke pasar dan bertemu Mohammed Abdulkareem. Pria itu jatuh cinta kepadanya dan bertekad menikahinya. Melihat keseriusan Mohammed, Siti bersedia menikah dengannya. Namun, cinta mereka ditentang keluarga Mohammed. Akibatnya, pasangan ini memulai hidup dengan uang terbatas.
“Waktu itu uang yang kami miliki hanya cukup untuk menyewa flat. Flat kami kosong melompong, tidak ada tempat tidur, tidak ada mesin jahit. Saya bingung bagaimana harus bekerja. Apalagi, waktu itu suami juga keluar dari pekerjaannya di bank,” ceritanya.
Meski demikian, Siti tak habis akal. Dia menghubungi para pelanggan lamanya. Melihat kondisi Siti yang tengah kesulitan, para pelanggannya bersedia membayar jahitan mereka sebelum selesai dikerjakan. Dengan uang itu, ia bisa membeli mesin jahit dan benang.
“Perempuan Arab biasanya senang ke pesta. Jika sudah berpesta, mereka jorjoran dalam berbusana. Di luar rumah mereka memang memakai abaya hitam, tetapi setelah berada di kalangan perempuan, abaya itu dilepaskan. Mereka langsung “pamer” busana yang dikenakannya,” ujar Siti.
“Mereka senang dengan baju rancangan saya karena desainnya glamor, penuh pernak-pernik yang gemerlap. Mertua saya pun akhirnya mau menerima kami setelah melihat karya-karya saya,” ujarnya.
Setelah memiliki butik, sejak tiga tahun lalu Siti juga membuka restoran masakan Indonesia, namanya Restoran Nusantara. Usaha ini yang menjadi pengelola suaminya.
Jika membandingkan penghasilan restoran dan butik, ia mengaku penghasilan dari restoran memang belum sebesar butik. Namun, Siti senang karena dengan adanya restoran itu membuat dia bisa mempromosikan kuliner Indonesia sekaligus menjadikan rumah makannya sebagai tempat pelepas kangen warga Indonesia di Dammam.
Siti bisa dibilang salah seorang sosok yang ikut membawa Indonesia ke Dunia Internasional. Semua tenaga kerja pada usahanya adalah orang Indonesia. Ia bercita-cita tak hanya membuka lapangan kerja bagi warga Indonesia di Arab Saudi tetapi juga membuka lapangan kerja di Indonesia.

Ia ingin agar lebih banyak perempuan Indonesia melengkapi diri dengan keterampilan. “Pendidikan itu penting, tetapi keterampilan dan tekad kuat pun tak kalah penting,” ucap Siti.

Kisah Sukses TKW Menjadi Pengusaha Sukses Rating: 4.5 Diposkan Oleh: SAI

1 comments:

  1. Ass. Perkenankan saya untuk memohon maaf sebesar - besarnya jika apa yang saya ceritakan nantinya akan membuat anda tersinggung, sebelumnya perkenalkan nama saya Herlina Parawati, saya berasal dari Deli Serdang, saya seorang istri dari ibu 4 orang anak. Awalnya kehidupan keluarga saya sangatlah bahagia. Walaupun penghasilan suami saya hanya mampu mencukupi kebutuhan sehari - hari keluarga kami, saya sangatlah bersyukur dan tak lama kemudian alhamdulillah suami saya diberikan kenaikan jabatan oleh atasannya, kehidupan kami mulai menanjak naik dan kami berpikir untuk membuka usaha. Singkat cerita sekali lagi saya sangat bersyukur sebab usaha ayam bakar yang kami buat sangat laris sehingga mendatangkan keuntungan besar bagi kami sekeluarga. Untuk memperbesar usaha kami, saya dan suami akhirnya memberanikan diri untuk meminjam uang di bank,setelah itu saya mendirikan cabang warung ayam bakar saya di berbagai daerah di Indonesia. Dengan jumlah karyawan kurang lebih 150 orang. Semula perkembangan usaha kami cukup baik, namun setelah setahun kemudian usaha kami mulai meredup dan cabang cabang warung ayam bakar kami mulai tutup satu per satu. Akhirnya usaha kami bangkrut dan menyisakan utang bank yang sangat besar bagi kami sekeluarga. Habis Jatuh Tertimpa Tangga pula suami saya dipecat dan dipenjarakan akibat dituduh menggelapkan uang perusahaan. Akhirnya semua hutang bank dan biaya hidup saya tanggung sendiri membesarkan empat orang anak tanpa suami saya merupakan cobaan yang sangat berat bagi kehidupan saya. saya stres dan hampir memutuskan kejalan yag salah dengan mengakhiri hidup saya sendiri, dalam keterpurukan hidup saya, secara tidak sengaja saya membuka salah satu blog kesaksian dan membaca kolom komentar seseorang yg punya nasib yang sama dengan saya. Dalam komentarnya dia mengarahkan saya untuk menghubungi seorang guru yakni Kyai H. Achmad Mubarak yang membantunya keluar dari masalahnya. Saya mencoba menghubungi pak kyai dan alhamdulillah beliau bersedia membantu saya. Masyaallah berkat bantuan beliau akhirnya semua utang saya lunas dan saya mampu mendirikan usaha kembali , walhasil sekarang saya sudah memiliki aset dimana mana dan memiliki perusahaan yang mengeskpor hasil laut keluar negeri, Semua ini terjadi berkat Allah SWT lewat uluran tangan pak Kyai H. Achmad Mubarak yang begitu tulus dan baik dalam mengarahkan saya keluar dari masalah utang saya. Sebagai wujud Ungkapan rasa syukur dan terima kasih saya, saya akan memberikan nomor beliau kepada anda yang membaca cerita saya ini, jika saudara saudari memiliki masalah seperti saya silahkan hubungi beliau di nomor 0821 2545 0758. Semoga bermanfaat dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin yaa rabbal alamin. Allahu Akbar.

    ReplyDelete